: Tentang Melayani Diri Sendiri

0 Comments

Bismillahirrahmanirrahim.

Ide tulisan ini hadir, karena melihat 2 orang gadis SMP duduk berdua sambil makan dan berselfie ria. Mereka juga sembari joget-joget karena memang tempat makan ini, sedang memutar musik yang sepertinya sangat mereka gemari. Cantik dan manis, berasal dari sekolah yang cukup beken di kota Medan, yang notabene sekolah favouritenya keluarga menengah ke atas di kota Medan. Saya tahu karena saya melihat logo sekolah di seragam yang masih mereka pakai.

Tapi, inilah yang mereka tinggalkan sebagai jejak...



Dulu, saat saya masih di bangku kelas 3-4 SD, saat krisis moneter baru-baru saja menimpa Indonesia, saya telah mengalami banyak struggle moment. Mulai dari jualan bakwan, bantuin Inang (Ibu; red) ngiderin peyek bahkan di sekitar sekolah. Sampai-sampai dulu jadi korban bully karena teman-teman tahu orang tua saya berjualan peyek. 



Kelas 6 SD, saya bahkan sudah membantu orang tua mencuci piring dan membersihkan sisa makan orang, karena saat itu orang tua saya membuka warung sarapan di sebuah kantor catatan sipil di kota Medan. Saat itu, Amang (Ayah; red) juga ikut membantu. Saya ikut menyaksikan sendiri, Amang yang tadinya dilayani orang tetiba harus bergantian melayani orang. Mehhidangkan makanan sampai membersihkan sisa makanannya. Sampai saat ini, kalau teringat saya masih bisa merasakan bagaimana rasanya saat itu melihat Amang membersihkan piring sisa makan orang lain.

Itulah, mengapa sampai saat ini kalau melihat orang-orang yang bekerja di pelayanan terutama pelayan di tempat-tempat makan begitu, saya gak sampai hati. Karena saya tahu bagaimana rasanya, harus menyentuh sisak makan dari mulut orang lain dengan tangan kita. Belum lagi jika kita harus bergerak cepat, kadang lupa harus membersihkan tangan lebih dahulu, kita harus menyentuh wajah kita, atau bahkan tak sengaja menyentuh mulut kita.

jadi, selalu berusaha membersihkan sisa-sisa makanan sendiri. Berusaha sekuat mungkin meringankan kerja para pelayan yang bertugas bersih-bersih meja. Minimal tidak membuat meja makan berrantakan dengan sisa tisu bekas makan, atau bungkusan-bungkusan sisa makanan. Berusahaaaa bangeeet...bahkan piring-piring berusaha untuk disusun rapi agar memudahkan pelayannya saat memberesin meja. Sebisa mungkin jika memang ada tempat sampah, membantu membuang sendiri tisu atau plastik sisa makanan ke tempat sampah. Hal yang sama juga kalau pergi nonton ke bioskop, sekuaaat hatiii untuk ingat, jangan sampai meninggalkan sisa makanan di kursi penonton. Berusaha sekuat hati untuk ingat berensin sisa makan sendiri, bawa keluar cinema dan buang sendiri ke tempat sampah. Sekuat hati dan pikiran juga untuk selalu ucapin maaf ke pelayan karena meja berantakan, kalau ada sisa makanan yang gak bisa saya bereskan sendiri, kalau ada ekstra kebutuhan yang terpaksa saya minta. Juga ucapin terima kasih setiap kali pelayan membereskan meja makan. 


Ya Allah, teman-teman...gak enak banget itu rasanya...

mencuci piring sisa makan orang lain, orang yang gak kita kenal...
memberesin palstik-plasti sisa makan mereka..


memegang tisu yang nggak tahu habis digunakan untuk apa...

Aselik itu gak enak banget rasanya.

Karena itu, semoga kita bisa yaaa...membiasakan diri kita untuk melayani diri sendiri.

Iya, emang itu tugas mereka, and you pay them for it right?
Tapi, boleh dooong kita jadi pribadi yang naik kelas. Pribadi yang gak melulu pengennya dilayani. Pribadi yang ngeh kalau kita harus bertanggung jawab dengan apa yang kita perbuat.
Ya, minimal meringankan kerja mereka...

Yes, I know. Setiap pekerjaan memiliki konsekuensi masing-masing. Mereka mau bekerja sebagai pelayan artinya mereka harus siap bekerja seperti itu. Yeeesss...exactly!
Tapi yaa itu...yuk, jadi pribadi yang naik kelas...

Kalau ada orang yang begitu, ya udaaaah...biarin aja...
setidaknya kita gak nambah-nambahin populasi manusia yang hidup yang punya hati...hehehe..
sorry to say yaaa...

saya juga kadang masih suka lupa kooook...
kadang karena  buru-buru dan kepepetnya, sampai lupa mau beresin sendiri. Kadang juga kalau lagi datang setannya bahkan meski sadar tetap aja gak dilakuin. Yes, saya juga kadang jadi bagian populasi manusia yang gak punya hati itu...

Makanya, kita saling doa yaa...
Doakan saya jadi manusia yang pertama menjalankan apa yang saya tulis ini.
Doakan yaa...

#BelajarMelayaniDiriSendiri
#BelajarPribadiNaikKelas
#BelajarHijrah
#SelfReminder

Medan, 13 Desember 2018
: DAP

never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen

Tidak ada komentar