Catatan Dosen Sok Pintar : Berkompromi dengan Mahasiswa

0 Comments
Catatan ini terisnpirasi dari salah satu postingan seseoreang (Dosen) tentang sms mahasiswanya yang terkesan tidak sopan (seolah-olah Dosen yang butuh, bukan mahasiswanya). Ada saya share, yang penasaran silahkan uprek-uprek timeline FB saya Di Sini ya...pegel..pegeeeel deh... :p 

=================================
Saya termasuk orang yang menerapkan penghormatan tinggi kepada dosen / guru. Dulu bahkan hanya sekedar untuk memohon waktu bimbingan, saya bisa menghabiskan 2-3 halaman sms, karena harus menuliskan pesan dengan lengkap tanpa disingkat dan diawali dengan salam dan permohonan maaf telah megganggu. Bahkan dulu, teman-teman acap meminta bantuan menyusunkan kalimat sms terbaik untuk dikirimkan kepada Dosen pembimbingnya masing-masing. Tak jarang nyesek sebenarnya, karena sms sepanjang jalan kenangan itu justru di balas dengan singkat. Bahkan salam tak di jawab. Alhamdulillah beberapa mahasiswa saya saat ini juga begitu. Saya mendapat perlakuan yang sama, seperti dulu saya memperlakukan para dosen/guru.

Tapi, sedikit berbeda mungkin. Sejak menjadi pengajar di perguruan tinggi, selama mahasiswa tidak berkata kasar, tidak menggunakan kata atau kalimat tidak sopan, saya masih punya toleransi tinggi. Maka sms yang singkat, atau sms yang menawarkan waktu berjumpa, atau sms yang menentukan waktu kosongnya dan berharap saya sebagai Dosen yang menyesuaikan, saya anggap hal biasa. Rasa-rasanya lelah sekali jika hal seperti ini pun menjadi beban pikiran dan hati saya. Cukuplah, masalah Jurnal, penelitian, materi kuliah membebani pikiran saya.

Ada beberapa hal yang kadang terlewat untuk kita mengerti. Bahwa mahasiswa kita tidak semuanya memang menghabiskan waktunya untuk kuliah. Beberapa mereka ada yang harus sambil bekerja. Setiap hari kejar-kejar waktu agar tetap bisa kuliah sambil bekerja. Kita mungkin terlewat, bahwa mereka harus berjuang bekerja agar tetap bisa kuliah. Boleh jadi karena itu pula, mereka berharap kita bisa berkompromi dengan waktu sela mereka yang sangat terbatas. Maka perihal sms, yaaa…baiknya kita maafkan. Saya pribadi merasa tidak sedikitpun harga diri dan kehormatan saya berkurang hanya karena sms mahasiswa yang terkesan tidak menghormati. Untuk menilai mana mahasiswa yang sungaguh-sungguh dan mana yang tidak, pastilah sebagai Orang tua, kita punya feeling yang kuat.

Tapi, ada hal juga yang perlu diperhatikan para mahasiswa, bahwa bagaimanapun Dosen itu tetap sebagai pengganti orang tua. Kadang-kadang, boleh jadi salah mengerti dengan sikap atau kalimat kita sebagai anak. Maka dari itu baiknya hindari sms-sms yang multitafsir. Maklumlah, Nak orang tua kalian ini banyak sekali yang ia pikirkan: kampus, mahasiswa, keluarga, kredit jabatan, dll. Tapi sungguh, tak ada orang tua yang ingin anaknya hancur. Setiap orang tua pasti ingin anaknya sukses, menjadi orang-orang yang bisa diandalkan di masa depan. Maka tunjukkanlah bahwa kalian layak mendapatkan kebanggaan itu. Hal kecil yang bisa kalian lakukan, bahkan dari sekedar sms yang bagi beberapa orang tua kalian sangat penting sekali.

Medan, 25.03.16
DAP

never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. šŸ˜‰
- Tim Allen

Tidak ada komentar