Catatan ini terisnpirasi dari salah satu
postingan seseoreang (Dosen) tentang sms mahasiswanya yang terkesan tidak
sopan (seolah-olah Dosen yang butuh, bukan mahasiswanya). Ada saya share, yang
penasaran silahkan uprek-uprek timeline FB saya Di Sini ya...pegel..pegeeeel deh...
:p
=================================
Saya termasuk orang yang menerapkan
penghormatan tinggi kepada dosen / guru. Dulu bahkan hanya sekedar untuk memohon
waktu bimbingan, saya bisa menghabiskan 2-3 halaman sms, karena harus
menuliskan pesan dengan lengkap tanpa disingkat dan diawali dengan salam dan
permohonan maaf telah megganggu. Bahkan dulu, teman-teman acap meminta bantuan
menyusunkan kalimat sms terbaik untuk dikirimkan kepada Dosen pembimbingnya
masing-masing. Tak jarang nyesek sebenarnya, karena sms sepanjang jalan
kenangan itu justru di balas dengan singkat. Bahkan salam tak di jawab.
Alhamdulillah beberapa mahasiswa saya saat ini juga begitu. Saya mendapat
perlakuan yang sama, seperti dulu saya memperlakukan para dosen/guru.
Tapi, sedikit berbeda mungkin. Sejak menjadi
pengajar di perguruan tinggi, selama mahasiswa tidak berkata kasar, tidak
menggunakan kata atau kalimat tidak sopan, saya masih punya toleransi tinggi.
Maka sms yang singkat, atau sms yang menawarkan waktu berjumpa, atau sms yang
menentukan waktu kosongnya dan berharap saya sebagai Dosen yang menyesuaikan,
saya anggap hal biasa. Rasa-rasanya lelah sekali jika hal seperti ini pun menjadi
beban pikiran dan hati saya. Cukuplah, masalah Jurnal, penelitian, materi
kuliah membebani pikiran saya.
Ada beberapa hal yang kadang terlewat untuk
kita mengerti. Bahwa mahasiswa kita tidak semuanya memang menghabiskan waktunya
untuk kuliah. Beberapa mereka ada yang harus sambil bekerja. Setiap hari
kejar-kejar waktu agar tetap bisa kuliah sambil bekerja. Kita mungkin terlewat,
bahwa mereka harus berjuang bekerja agar tetap bisa kuliah. Boleh jadi karena
itu pula, mereka berharap kita bisa berkompromi dengan waktu sela mereka yang
sangat terbatas. Maka perihal sms, yaaa…baiknya kita maafkan. Saya pribadi
merasa tidak sedikitpun harga diri dan kehormatan saya berkurang hanya karena
sms mahasiswa yang terkesan tidak menghormati. Untuk menilai mana mahasiswa
yang sungaguh-sungguh dan mana yang tidak, pastilah sebagai Orang tua, kita
punya feeling yang kuat.
Tapi, ada hal juga yang perlu diperhatikan
para mahasiswa, bahwa bagaimanapun Dosen itu tetap sebagai pengganti orang tua.
Kadang-kadang, boleh jadi salah mengerti dengan sikap atau kalimat kita sebagai
anak. Maka dari itu baiknya hindari sms-sms yang multitafsir. Maklumlah, Nak
orang tua kalian ini banyak sekali yang ia pikirkan: kampus, mahasiswa,
keluarga, kredit jabatan, dll. Tapi sungguh, tak ada orang tua yang ingin
anaknya hancur. Setiap orang tua pasti ingin anaknya sukses, menjadi
orang-orang yang bisa diandalkan di masa depan. Maka tunjukkanlah bahwa kalian
layak mendapatkan kebanggaan itu. Hal kecil yang bisa kalian lakukan, bahkan
dari sekedar sms yang bagi beberapa orang tua kalian sangat penting sekali.
Medan, 25.03.16
DAP
Medan, 25.03.16
DAP
never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen