Potongan dari Novel Tere Liye, "Pulang"
“Kadang hidup gemar sekali mempermainkan kita”, katamu
Selalu begitu, tanpa penjelasan
lanjut. Kau kenal sekali bahwa aku tak bisa menerima kalimat tanpa penjelasan,
tapi kau selalu melakukannya. Tapi aku tetap mendengarkanmu.
Kita selalu sibuk hidup di dunia
ini, merasa khawatir dengan masa depan. Mengejar segala apa yang ingin kita
capai. Kadang tanpa sadar ada orang yang tersakiti dengan lisan, sikap dan
prasangka kita. Begitulah hidup. Mempermainkan kita dengan kejam. Hebatnya,
kita larut bersaing dengan siapa saja, saling menjatuhkan, saling merasa ingin
menjadi lebih dari yang lainnya. Kejam sekali dunia ini, kan?
Tahun 2016, tahun ke 26, ada
banyak yang telah aku kalahkan. Jangan tanya apa saja. Hei, sini kuberitahu apa
yang aku dapatkan. Nothing! Selain perasaan was-was, lelah. Seperti hidup untuk
bersaing, lelah sekali, Nay. Hingga kemudian pemahaman itu datang. Pemahaman
baik, yang perlahan masuk menggantikan pemahaman-pemahaman sebelumnya. Bahwa
hidup ini permainan, maka bermainlah. Harusnya sebuah permainan itu menyisakan
rasa bahagia, rasa menyenangkan. Jika ia
membuatmu semakin sesak, itu bukan hidup yang baik.
Hidup di dunia ini akan selalu
penuh dengan orang-orang yang berlari kencang. Dalam track larinya, ada yang
gugur tersungkur, ada yang jatuh lalu bangkit lagi, ada yang lari dengan
kecepatan konstan, ada yang sprint lantas kehabisan nafas di finish, ada yang
sepanjang track saling menyikut dan menjegal. Ada, Nay. Menyakitkan bukan? Maka
tak masalah jika tak satupun pertarungan yang kau menangi. Karena sejatinya
hidup adalah bagaimana kau mampu mengalahkan setan yang sentiasa siap muncul
dalam dirimu. Setan yang merayumu menjegal orang lain, setan yang menggodamu
untuk merendahkan orang lain. Hidup ini sejatinya bukan tentang siapa
mengalahkan siapa, bukan pula tentang siapa yang kerap tampil menjadi pemenang,
bukan. Hidup ini sejatinya tentang kedamaian hati. Jika hatimu sudah damai,
maka engkaulah pemenang sejatinya.
Malam-malam yang akan dilalui
akan terasa lebih lega dan lapang. Malam yang hangat, karena dihatimu hanya ada
kedamaian.
“hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenang”
Kalimat itu sederhana, tapi ia
punya kekuatan sapujagad yang luar biasa. Sederhana sekali, hanya dengan
mengingat Allah. Maka ketika hidup terasa berat, terasa sesak, boleh jadi
ingatan kita telah jauh meninggalkanNya. Aku? Ya, aku mungkin orangnya. Kita,
mungkin orangnya Nay. Jika sampai detik ini kita masih begitu, maka kita masih
tak menyertakanNya.
Nay, mari sini ku genggam tanganmu.
Kita akan pulang, bersama. Menjemput ingatan tentang Dia, meramu rindu untuk
kita teguk bersama. Bibirku dan bibirmu, basah oleh indah nama Tuhan kita. Mari
kita pulang.
Medan, 01.02.16
DAP
never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen