Hei, Kamu!

0 Comments

Hai, apa kabarmu?




Ini lagkah pertama kita untuk bersama: saling sadar kita tengah belajar memantaskan diri untuk bertemu. Saling berdoa kita tetap akan saling menjaga Allah dalam diri kita, hingga kelak ia memberi kabar tentangmu, tentangku.

Barangkali malam ini kamu sedang sibuk dengan kertas-kertasmu. Boleh jadi kau masih bergelut dengan dinginnya malam, atau justru tengah lelap menikmati lelahmu. Jaga dirimu, bukankah kita harus bertemu? Kau harus sehat saat kita bertemu ya, pun aku.

Aku ingin sekali mengenalmu. Aku berulang kali merangkai ingatan bagaimana wajahmu, bagaimana mata, hidung dan bibirmu. Tapi ingatan itu selalu menguap, seperti rindu yang perlahan pudar setiap terbit matahari. Ini belum saatnya, kita masih harus belajar. Agar kelak, radar kita saling membaca signal dari Allah. Tapi aku selalu yakin kau ada, dan akan sesuai dengan bayanganku. Itu sebuah janji, kan(?)

Aku sepertinya menangkap parasmu, tapi kau pastilah orang yang tak ku kenal. Itu memang pintaku. Perkenalan yang manis bukan, ketika tujuannya adalah untuk memulai bersama agar bisa terus bersama, pertama dan untuk selamanya.

Kata mereka aku harus mencarimu. Tapi aku tau, itu tak perlu. Bukankah  kita punya frekuensi yang sama, maka kita pasti akan saling menemukan, kan. Aku menikmati setiap proses ini, tanpa mencari kita pasti akan saling menemukan. Kita hanya perlu bersabar menerima keadaan, bahwa ini adalah hal biasa yang harus kita selesaikan dengan sempurna. Kelak, selalau ada Dia yang membersamai kita. Dimatamu, samar-samar ku “lihat” Allah, pun di mataku, kau akan melihat pantulan dari cahaya matamu. Maka inilah puncaknya, ketika Ia takdirkan kau dan aku menjadi kita.


Medan, 08.04.16
DAP


#SatuHariSatuCerita
#TujuhHariTentangJodoh
#HariPertama





never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen

Tidak ada komentar