“Amang cuma punya satu warisan”
Amang, sehat-sehat ya…
Ini bukan surat pertama yang ku
tuliskan untukmu, dan bukan pula yang terakhir.
Masih ingat dulu ketika ada setip temanku tanpa sengaja terbawa
pulang? Kau berang sekali, kau sangka aku sengaja mengambilnya tanpa ijin.
Segera kau menelfon orang tuanya dan meminta maaf. Kita lalu mengembalikan setip itu kerumahnya malam itu juga. Aku tidak
sengaja dan tidak niat mengambilnya. Maaf menyusahkan, padahal waktu itu kau
baru saja sampai di rumah setelah seharian bergelut dengan abu di jalan. Maaf,
Mang.

Masih ingat dulu ketika kegiatan
pesantren kilat di sekolah? Waktu itu aku masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar.
Beberapa bulan sebelumnya, kita kehilangan mobil akibat kecelakan.
Alhamdulillah Inang dan Kak Ana di dalamnya selamat. Tapi, apa yang aku
lakukan? Aku justru cemberut karena harus naik angkot pergi ke sekolah dan harus
menerima hinaan dari teman-teman yang setiap hari di antar jemput dengan mobil
mewah. Sore itu sepulang pesantren kilat, aku menunggumu di gerbang sekolah.
Dari kejauhan aku lihat seorang laki-laki di dalam sebuah becak. Aku pastikan
itu kau, Mang. Sejak itu, aku sadar diri, betapa aku selalu menjadi
kesayanganmu. Kau pegang tas berisi pakain kotorku di kirimu, sedang tangan
kananmu merangkul pundakku.
“Cantik kali boru Amang pakai Jilbab”
Pujian paling
manis seumur hidupku, Mang. Kita lalu berjalan kurang lebih 200 meter untuk
sampai di halte angkutan umum. Padahal, waktu itu kakimu mulai rapuh dimakan
usia. Maaf, Mang.
Masih ingat dulu selepas lulus SD
kita bingung kemana harus melanjutkan sekolah? Nilaiku tak mencukupi untuk
masuk di sekolah Negeri. Sedangkan sekolah swasta tentu membutuhkan biaya yang
lebih besar.Tapi kau selalu jadi pahlawan. Entah dari mana uangnya, aku
melanjutkan di sekolah Swasta yang cukup baik. Padahal waktu itu harusnya uang
yang kita miliki harus berbagi dengan kakak-kakak. Tapi, Alhamdulillah pendidikan
kami selesai bahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Kami terus
menyusahkanmu. Mang, maaf.
“Amang gak bisa jaga kalian selamanya. Jadi kalian boru-boru amang yang harus pandai membawa dan menjaga diri. Amang hanya bisa meninggalkan satu warisan yang dengannya Amang berharap boru amang bisa memiliki kehidupan yang baik, sehingga bisa saling membaikkan. Sekolahlah kalian tinggi-tinggi, cari ilmu sebanyak-banyaknya. Pendidikan dan Ilmu itu yang kalau digunakan dengan baik, maka selamatlah kalian. Inilah warisan amag untuk kalian, amang berjuang biar kalian bisa tetap sekolah dan berilmu.”
Maaf, Mang, karena masih saja menjadi
beban di usia senjamu.
Medan, 15.04.16
DAP
#SatuHariSatuSuratCinta
#TujuhHariBerkirimCinta
#SuratCintaPertama
never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen