Surat Cinta Untuk Amang #1

0 Comments
“Amang cuma punya satu warisan”

Amang, sehat-sehat ya…

Ini bukan surat pertama yang ku tuliskan untukmu, dan bukan pula yang terakhir.
Masih ingat dulu ketika ada setip temanku tanpa sengaja terbawa pulang? Kau berang sekali, kau sangka aku sengaja mengambilnya tanpa ijin. Segera kau menelfon orang tuanya dan meminta maaf. Kita lalu mengembalikan setip  itu kerumahnya malam itu juga. Aku tidak sengaja dan tidak niat mengambilnya. Maaf menyusahkan, padahal waktu itu kau baru saja sampai di rumah setelah seharian bergelut dengan abu di jalan. Maaf, Mang.





Masih ingat dulu ketika kegiatan pesantren kilat di sekolah? Waktu itu aku masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar. Beberapa bulan sebelumnya, kita kehilangan mobil akibat kecelakan. Alhamdulillah Inang dan Kak Ana di dalamnya selamat. Tapi, apa yang aku lakukan? Aku justru cemberut karena harus naik angkot pergi ke sekolah dan harus menerima hinaan dari teman-teman yang setiap hari di antar jemput dengan mobil mewah. Sore itu sepulang pesantren kilat, aku menunggumu di gerbang sekolah. Dari kejauhan aku lihat seorang laki-laki di dalam sebuah becak. Aku pastikan itu kau, Mang. Sejak itu, aku sadar diri, betapa aku selalu menjadi kesayanganmu. Kau pegang tas berisi pakain kotorku di kirimu, sedang tangan kananmu merangkul pundakku. 

“Cantik kali boru Amang pakai Jilbab” 

Pujian paling manis seumur hidupku, Mang. Kita lalu berjalan kurang lebih 200 meter untuk sampai di halte angkutan umum. Padahal, waktu itu kakimu mulai rapuh dimakan usia. Maaf, Mang.

Masih ingat dulu selepas lulus SD kita bingung kemana harus melanjutkan sekolah? Nilaiku tak mencukupi untuk masuk di sekolah Negeri. Sedangkan sekolah swasta tentu membutuhkan biaya yang lebih besar.Tapi kau selalu jadi pahlawan. Entah dari mana uangnya, aku melanjutkan di sekolah Swasta yang cukup baik. Padahal waktu itu harusnya uang yang kita miliki harus berbagi dengan kakak-kakak. Tapi, Alhamdulillah pendidikan kami selesai bahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Kami terus menyusahkanmu. Mang, maaf.

Amang gak bisa jaga kalian selamanya. Jadi kalian boru-boru amang yang harus pandai membawa dan menjaga diri. Amang hanya bisa meninggalkan satu warisan yang dengannya Amang berharap boru amang bisa memiliki kehidupan yang baik, sehingga bisa saling membaikkan. Sekolahlah kalian tinggi-tinggi, cari ilmu sebanyak-banyaknya. Pendidikan dan Ilmu itu yang kalau digunakan dengan baik, maka selamatlah kalian. Inilah warisan amag untuk kalian, amang berjuang biar kalian bisa tetap sekolah dan berilmu.”

Maaf, Mang, karena masih saja menjadi beban di usia senjamu.


Medan, 15.04.16
DAP


#SatuHariSatuSuratCinta
#TujuhHariBerkirimCinta
#SuratCintaPertama




never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen

Tidak ada komentar