Mengelola Rasa Kecewa

0 Comments

Saya menggunakan pilihan “merasa kecewa” karena sesungguhnya saya juga tidak yakin bahwa saya benar dibuat kecewa atau emang saya aja yang merasa kecewa.

Tapi, setelah saya pikir, (tuh kan suka mikir yak..) yang benar adalah saya aja yang merasa kecewa, karena harapan yang tinggi akan sesuatu.
Orang bijak, akan memberi nasihat “Maka berharaplah hanya pada Allah, karena Allah tak pernah mengecewakan”
Yups, klise...tapi itu benaaar banget...kita kecewa karena kita berharap pada manusia. Maka jangan lagi.
Tapi ada pemahaman baik yang juga harus diikuti setelah pemahaman bahwa kita hanya boleh berharap kepada Allah. Pemahaman bahwa kita memang tak harus selalu dipenuhi harapannya oleh orang lain.
Saat kita kecewa di khianati, maka terimalah karena orang lain memang tak harus selalu setia kepada kita, karena dia seharusnya selalu setia pada Allah.
Saat kita tak dihargai, maka terimalah karena orang lain memiliki hak untuk lebih prioritas pada orang/sesuatu yang lain
Saat pendapat kita tak didengar, maka terimalah karena telinga orang lain bukan diciptakan hanya untuk mendengar mulut kita.
Memang kita siapa yang harus selalu dijaga hatinya?
Memang kita siapa yang harus selalu dianggap ada?
Memang kita sudah berbuat apa sehingga harus selalu diapresisi kerjanya?

Rasa kecewa itu sesungguhnya kita yang mendefinisikan. Faktanya pula yang harus diterima adalah definisi setiap orang itu tentu berbeda. Kecewa hadir, biasanya karena standar bagaimana seharusnya orang lain terhadap kita, lebih dulu kita tentukan. Kita gak pernah menentukan standar bagaimana seharusnya kita kepada orang lain. Makanya kita deluan merasa kecewa dibandingkan merasa membuat orang kecewa.
Trus kalau sudah kecewa bagaimana donk?
Yaaa nikmatin aja...rasain aja pelan-pelan kecewanya, sambil pelan-pelan bilang sama diri sendiri, “it’s okay, I’m fine.”
Sambil ingat-ingat juga, bahwa itu cuma rasa doang...yang namanya rasa mah bisa berubah...hari ini dikecawain...besok-besok bisa dibuat happy...hari ini dikecawain..besok-besok malah kita yang buat kecewa. Cuma “rasa” yang bisa berubah...pelan-pelan ngerubahnya...
Ingat-ingat...
“emang saya siapa? yang gak boleh dikecewain?”
“emang mereka siapa harus selalu menjaga hati kita?

DAP: Medan, 11.03.2018

never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen

Tidak ada komentar