Nak, Tolong kau baca surat ini, jika kau sudah besar nanti.

0 Comments

Nak, betapa sulitnya hidup di Negeri ini.

Tolong kau baca surat ini, jika kau sudah besar nanti. Ibu selipkan didalam lemari kecil tempat tumpukan album kenangan kita.


Saat Ibu menulis surat ini, tepat 8 Novermer 2019. Belakangan, Ibu semakin resah dengan berbagai berita yang beredar. Terutama berita tentang politik negeri ini. Baru-baru ini, ada menteri yang melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang. Ibu memang tidak bercadar, Tapi Ibu khawatir, kalau-kalau besok mengenakan jilbab pun akan dilarang. Banyak sekali alasannya, mulai dari tidak memenuhi standar keseragaman berpakaian, sampai fitnah-fitnah radikalisme dan terorisme.

Nak, semoga saat kau membaca ini kalian bisa dengan bebas menggunakan pakaian ta’at kalian ya.
Sebelum kejadian pelarangan cadar itu, bahkan oknum elit pemerintah melabelkan “sarang teroris” bagi kampus-kampus. Mungkin itu yang menyebabkan, beberapa kampus melarang kegiatan-kegiatan kajian keislaman, bahkan di Masjid. Ustadz-ustadz kita dicekal, mereka difitnah menyebar paham radikal. Naudzubillah. Di berbagai kampus, pernyataan-pernyataan fitnah itu acap kali diucapkan oleh petinggi kampus. Beberapa kegiatan keislaman dilarang diadakan. Soal fanatik dan radikal lagi-lagi disinggung dalam setiap kesempatan, bahkan dikelas. Sakit sekali rasanya. Tapi mau bagaimana? Mungkin ini sedang masanya.

Ya Allah, Nak.. bahkan menjalankan syariat agama sendiri kami dibuat tak tenang dan tak nyaman di negeri ini. Padahal katanya, ini negeri Bhineka Tunggal Ika, membebaskan warga Negara memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing.

Membebaskan negeri ini dari LGBT, paham Syiah, Islam Liberal yang mengancam generasi muslim saja kami belum tuntas, sekarang kami dibuat tak tenang, ditakut-takuti, dibuat saling curiga dengan saudara sendiri. Naudzubillah.

Nak, semoga saat kau membaca ini kalian bisa bebas menjadi aktivis kampus, dan menjalankan ibadah dengan bebas.

Tidak cukup dengan membuat kami waswas menjalankan agama. Hidup kami juga makin tak tenang ketika pemerintah berencana akan menaikan iuran BPJS. Dulu, Ibu memilih BPJS kelas 1 pun kedua opungmu. Waktu itu, iuran BPJS Kelas 1 masih Rp. 60.000, lalu naik menjadi Rp. 80.000. Sekarang, pemerintah berencana menaikkan lagi 100% menjadi Rp. 160.000. Maka setiap bulan, Ibu harus mengeluarkan Rp. 480.000 untuk iuran BPJS Kesehatan. Alhamdulillah Ibu masih diberi pekerjaan, insyaa Allah masih bisa membayar itu. Tapi bagaimana dengan tetangga kita? Yang untuk makan sehari-hari saja mereka masih pas-pas-an. Belum lagi jika mereka adalah keluarga dengan banyak anak. Jika tidak mau ikut BPJS Kesehatan? Kami diancam tidak akan dapat pelayanan lainnya. Mengurus SIM akan susah, mengurus urusan pendidikan pun akan dipersulit. Contohnya, mahasiswa tempat Ibu mengajar, mereka diwajibkan untuk punya BPJS Kesehatan. Jika tidak, mereka tidak bisa mengikuti perkuliahan.

Nak, semoga saat kau membaca surat ini kalian bisa dapat jaminan kesehatan GRATIS dari pemerintah ya. Tanpa syarat, tanpa ancaman.

Tahun-tahun belakangan, dan tahun-tahun ke depan sepertinya akan semakin sulit. Tapi Ibu berusaha bertahan, tetap menjalankan kewajiban, sampai nanti kau lahir dan tumbuh dewasa. Tapi jika kelak kau dewasa nanti, ternyata keadaan semakin tidak kondusif. Jika ternyata lingkungan semakin kejam, sungguh bukan karena Ibu membiarkanmu dan tidak mempersiapkan kehidupan yang baik untukmu.
Jika nanti kau lihat sekelilingmu semakin bermaksiat, percayalah bukan karena kami para orang tua diam dan membiarkan. Kami telah berjuang, tapi mungkin Allah mau kalian juga ambil andil dalam perjuangan itu. Jika nanti kau lihat para petinggi negeri ini semakin dzalim kepada rakyatnya, percayalah bukan karena kami para orang tua diam dan nyaman dengan keadaan ini. Kami telah berjuang, tapi mungkin Allah ingn memberi ladang amal yang lebih besar untuk kalian.

Maka ingatlah, sampaikan pesan ini kepada teman-teman kalian. Jangan tinggalkan agama, sedetik pun jangan. Jangan tinggalkan saudara muslim kalian, sedetik pun jangan. Jangan abaikan saudara sebangsa dan setanah air kalian, sedetik pun jangan. Negeri ini milik kita bersama, maka kita berhak menyelamatkannya bersama. Ibu tak bermaksud mewariskan beban kepada kalian, Ibu ingin kalian bersiap dengan segala kemungkinan yang akan kalian hadapi nanti. Ibu juga tak bermaksud membuat kalian khawatir, Ibu hanya ingin sampaikan bahwa di masa ini kamipun telah berusaha menyiapkan negeri yang baik dan nyaman untuk kalian tumbuh. Jika tidak dapat di masa Ibu, semoga di masa kalian nanti negeri ini semakin baik. Jika pun tidak di masa kalian, semoga anak-anak kalian bisa merasakan hidup di negeri yang nyaman dan tenang.

 Kalau surat ini tak sampai pada kalian, Insyaa Allah doa Ibu tetap melangit. Allah pasti tak lupa menyampaikanny pada kalian, anak-anak ibu yang sholeh dan sholehah. 

Lepas Dzuhur di Yogyakarta, November 2019

never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen

Tidak ada komentar