Jadi Dosen (?)

0 Comments
Jadi Dosen?

Gak pernah kepikiran sebenarnya. Di awal memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2 ke Semarang, sebenarnya bukan merencanakan untuk menjadi Dosen. Tapi justru ingin melepaskan sebuah keadaan yang tidak menyenangkan di kota Medan. Lanjut sekolah adalah satu-satunya alasan yang akan disetujui oleh Amang dan Inang. Maka berangkatlah menuju Semarang.

Waktu berjalan, dan sepanjang perjalanannya ia banyak merubah orang. Maka saya pun berubah. Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat candu bagi saya. Belajar, belajar, belajar adalah sesuatu yang sangat menggoda, sangat candu. Semua berubah. Waktu dihabiskan dengan belajar, membaca, searching, menulis artikel, berdiskusi, dan semua kegiatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Semua kebiasaan berubah. Hanya weekend yang dimanfaatkan untuk menenangkan diri. Pergi jalan keluar bersama teman-teman.

Alhamdulillah, tidak sia-sia. Diakhir pendidikan, berhasil mendapatkan predikat Wisudawan Terbaik. Penting? Nggak sama sekali. Meskipun mendapat predikat itu, saya tetap berpendapat bahwa predikat itu hanya bonus yang diperleh oleh pembelajar yang baik. Pembelajar yang baik sesungguhnya dalah orang-orang yang mampu bermanfaatk bagi orang lain dengan ilmu yang ia punya. Dan itu prosesnya justru terjadi setelah keluar dari institusi pendidikan.

Menjadi Dosen kemudian menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi saya. Bertemu dengan anak-anak muda yang punya potensi baik untuk membaikkan masa depannya. Meskipun akan selalu ada anak-anak muda yang hidup sekedarnya. Sekedar masuk, duduk, diam. Tapi, itulah menyenangkannya. Setiap hari bertemu, berhadapan dengan orang-orang yang menerima dan menolak kita. Ada yang mendengarkan, ada yang tidak mau tahu, ada yang sok tau, ada yang cari-cari perhatian.

Tapi, saya mencintai pekerjaan ini!

never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen

Tidak ada komentar