Tentang Jarak dan Jeda

0 Comments
Kedekatan dan kebersamaan kita yang terlalu dengan sesuatu, seseorang, sekelompok orang, boleh jadi membuat pandangan kita kabur. Kita tak lagi melihat dan menilainya dengan lapang. Semuanya terlihat seperti pertama kali melihat, atau sayangnya sesuai keinginan kita. Kita tak lagi melihatnya dengan benar dan baik, maka prasangka-prasangka yang datang hanyalah prasangka yang kita inginkan, bukan yang semestinya. Ketika itu, ambil lah jarak. Lega kan lah pandangan, agar prasangka tak mereka-reka. Lapangkanlah pandangan, berilah tempat hatimu untuk menilai.

Hei, coba kau ceritakan pemandangan sepanjang perjalanan dengan kecepatan yang terlalu melesat. Adakah keindahan yang kau dapati?

Perjalanan yang dilaju cepat boleh jadi melewatkan indahnya pematang sawah disepanjang jalan. Boleh jadi juga meninggalkan sesuatu yang harusnya kita bawa bersama. Perjalanan ini butuh teman dan keindahan pandangan. Bagaiman kita menikmatinya jika perjalanan ini begitu cepat. Kita tak sempat berfikir dan meminta fatwa pada hati. Kita tak lagi peduli dengan sekeliling yang lama menanti dan berharap diajak bersama. Ketika itu datang, ambil lah jeda. Berhentilah sejenak, ambil lah nafas, tataplah sekeliling. Liuk padi yang mulai menguning, tarian orangan sawah yang indah. Nikmatilah hidup, setiap hak ada waktunya, pun kewajiban. Istirahatlah sejenak untuk bertanya pada hati, perjalanan ini layak dilanjutkan atau kita harus mencari jalan lain.

23.04.16
:DAP


never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen

Tidak ada komentar