Kedekatan dan
kebersamaan kita yang terlalu dengan sesuatu, seseorang, sekelompok orang,
boleh jadi membuat pandangan kita kabur. Kita tak lagi melihat dan menilainya
dengan lapang. Semuanya terlihat seperti pertama kali melihat, atau sayangnya
sesuai keinginan kita. Kita tak lagi melihatnya dengan benar dan baik, maka
prasangka-prasangka yang datang hanyalah prasangka yang kita inginkan, bukan
yang semestinya. Ketika itu, ambil lah jarak. Lega kan lah pandangan, agar
prasangka tak mereka-reka. Lapangkanlah pandangan, berilah tempat hatimu untuk
menilai.
Hei, coba kau
ceritakan pemandangan sepanjang perjalanan dengan kecepatan yang terlalu
melesat. Adakah keindahan yang kau dapati?
Perjalanan yang dilaju
cepat boleh jadi melewatkan indahnya pematang sawah disepanjang jalan. Boleh
jadi juga meninggalkan sesuatu yang harusnya kita bawa bersama. Perjalanan ini
butuh teman dan keindahan pandangan. Bagaiman kita menikmatinya jika perjalanan
ini begitu cepat. Kita tak sempat berfikir dan meminta fatwa pada hati. Kita
tak lagi peduli dengan sekeliling yang lama menanti dan berharap diajak
bersama. Ketika itu datang, ambil lah jeda. Berhentilah sejenak, ambil lah
nafas, tataplah sekeliling. Liuk padi yang mulai menguning, tarian orangan
sawah yang indah. Nikmatilah hidup, setiap hak ada waktunya, pun kewajiban.
Istirahatlah sejenak untuk bertanya pada hati, perjalanan ini layak dilanjutkan
atau kita harus mencari jalan lain.
23.04.16
:DAP
never ever comment on a woman's rear end. Never use the words 'large' or 'size' with 'rear end.' Never. Avoid the area altogether. Trust me. 😉
- Tim Allen